
Selama 350 tahun dan 3,5 tahun negara kita dijajah. Selama itu pula rakyat Indonesia harus hidup dalam keterbatasan, bukan hanya hidup dalam keterbatasan mereka hidup dalam belenggu perbudakan.
Sejak jaman Hassanudin hingga Bung Karno mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan, rakyat Indonesia telah membayar dengan harga yang tidak murah. Berapa nyawa yang telah mati di medan perang mempertahankan tanah air, berapa orang ibu yang harus menangis karena anaknya tidak kembali dari medan perang, berapa istri yang menjadi janda karena suami pergi berperang, dan berapa orang anak yang kehilangan ayahnya di medan perang? Jumlah yang terlalu banyak, tidak terhitung, bahkan mungkin taman makam pahlawan tidak cukup untuk mengubur semua pahlawan tak bernama itu.
Pernahkah kita merenungkan apa yang dipikirkan oleh mereka ketika memutuskan untuk terjun ke medan perang? Mereka tahu semua resikonya, mereka tahu bahwa mungkin nanti mereka tidak akan kembali lagi untuk melihat senyum sang istri atau mendengar canda tawa sang anak atau merasakan kecupan kasih sayang seorang ibu, Apa mereka yang terlintas di pikiran mereka saat itu?
Apakah mereka berpikir bahwa apa yang mereka lakukan semata-mta adalah demi kebebasan mereka sendiri? Tidak, mereka hanya ingin anak cucunya merasakan kemerdekaan, kebebasan, dan memiliki kesempatan untuk memperoleh hidup yang lebih baik, sesuatu yang tidak mereka miliki dulu. Terimakasih pahlawanku.
Catatan:
Sama seperti Yesus, ketika Allah menjanjikan seorang penyelamat bagi umat manusia, Dia tidak memikirkan kepentingannya. Dia hanya ingin agar saya, Anda, maupun siapa pun bisa bebas dari penjajahan dosa, perbudakan dosa, dan belenggu dosa. Harga sebuah kemerdekaan tidak murah. Dia harus melunaskan semuanya di atas kayu salib. Thank U Lord.
(Renungan by : Yohana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar